Dewasa ini, semakin banyak orang yag tidak
lepas dari gatget, mulai dari telepon pintar, laptop maupun sejenisnya. Jemari
lebih aktif digunakan mengoperasikan gadget dan membiarkan bagian tubuh lainnya
pasif.
Seperti biasa, menunggu ialah rutinitas yang
mulai kuakrabi di semester akhir ini. menunggu pembimbing ya gaes, bukan
menunggu jodoh. Sambil menunggu, stalking boleh kan? Nah, di tengah-tengah
stalking ada sedikit gangguan di kakiku. Tiba-tiba kaki sebelah kiriku kram
atau kesemutan. Berusaha menggerakkan sekuat tenaga dengan mencengkram lengan
dua temen sampingku, tapi tetap gagal. Setelah 3 menit kemudian, alhamdulillah
kembali normal.
Setelah, tak pikir-pikir kok akhir ini aku
sering kram di beberapa bagian tubuh ya? Apa aku kurang olahraga? Apa aku
terlalu banyak mengonsumsi mie instan? Apakah aku terlalu rajin ngerjain
revisi? Apa aku terlalu banyak stalking?
Awalnya aku tak menghiraukan gangguan itu, tapi
kebetulan pas baca majalah kartini edisi 2324. Ada artikel kesehatan menarik.
Tentang Neuropati. Nah neuropati sendiri yakni kondisi ganguan dan kerusakan
saraf yang ditandai dengan gejala kesemutan, kebas dan kram suatu kondisi gangguan
saraf, baik saraf perifer maupun saraf pusat. Gangguan ini terjadi karena adanya
trauma pada saraf, atau bisa juga akibat efek samping dari suatu penyakit
sistemik.
Banyak yang menganggap sepele akan gangguan
ini, tapi gangguan tersebut bisa jadi suatu tanda ada kerusakan syaraf atau
neuropati. Menurut konsultan neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, Jakarta,
dr Manfaluthy Hakim, Sp.S (K), neuropati sering kali dipandang sebagai kondisi
yang terjadi secara umum, bukan sebuah penyakit. “ Padahal jika tidak segera
ditangani, kondisi neuropati dapat menganggu mobilitas seseorang. Untuk neuropati
yang terjadi karena faktor usia, ada kemungkinan gangguan akan semakin berat
bila tidak menjalani pengobatan dengan benar. Bahakan, bisa memunculkan
komplikasi lainnya,” jelas Manfaluthy.
Berhubung neuropati berhubungan dengan syaraf,
alangkah baiknya kita mengenal walaupun sedikit tentang sistem kerja saraf. Dilihat
dari fungsi, saraf berguna untuk memproses suatu informasi, hingga akhirnya
menyebabkan reaksi pada bagian tubuh manusia. Sistem ini terbagi menjadi dua,
yakni saraf pusat dan saraf perifer. Saraf pusat terdapat di otak dan sumsum
tulang belakang. Sementara saraf perifer menghubungkan sister saraf pusat
dengan organ tubuh, seperti yang terdapat diujung jari tangan dan kaki.
Menurut penelitian yang diadakan oleh PT Merck, bahwa 1
dari 2 orang (42%) berisiko terkena Neuropati, bahkan 38% dari kelompok
usia 20-29 tahun juga telah berisiko, yang mana meningkat jauh angkanya
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selanjutnya, 1 dari 4 orang mulai
merasakan kesemutan dan kebas di usia 26-30 tahun. Dulu yang berisiko
terkena Neuropati adalah orang-orang diatas usia 40 tahun, tapi sekarang
kita-kita yang masih muda juga berisiko. Kenapa? Karena gaya hidup masyarakat
jaman sekarang, dan juga karena awareness terhadap Neuropati masih sangat
minim.
Gaya hidup yang seperti apa sih? Kita terbiasa melakukan
aktivitas secara berulang-ulang. Seperti bermain gatget, mengendarai motor,
mengetik di komputer, main games, memakai high heel, dan kebiasaan buruk
lainnya.
Lalu bagaimana pencegahannya?
Minum vitamin neurotropik, yang terdiri dari viitamin B1(beras
merah, kuning telur, ikan), B6(daging hati, beras tumbuk), dan B12(susu, telur,
rumput laut).
Mengurangi merokok, alkohol dan obat-obatan yang memicu
neuropati.
Selain memenuhi asupan tubuh dengan vitamin
neurotropik, Manfaluthy menambahkan, penting pula dilakukan pemeriksaan risiko
neuropati secara berkala.
Sayangi sarafmu, kurangi resiko neuropai. Oke dhaaa~~